RAJA AMPAT
Pada saat kami tiba di Sorong, nuansa Irian mulai terasa. Adanya patung nuansa Irian mulai Nampak, dengan adanya patung orang dengan dandanan ala Irian ( tanpa koteka tapi.... He...he...).
![]() |
Kesempurnaan Hanya Milik Alloh SWT
Pada saat kami tiba di Sorong, nuansa Irian mulai terasa. Adanya patung nuansa Irian mulai Nampak, dengan adanya patung orang dengan dandanan ala Irian ( tanpa koteka tapi.... He...he...).
![]() |
Kegagalan beternak ayam petelur di tahun 2004 yang disebabkan oleh mewabahnya virus flu burung membuat Kholid Mustofa untuk memutar otak. Sebagai seorang kepala keluarga yang memiliki tanggungan tiga orang membuatnya berpikir akan sebuah usaha yang baru. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ayam yang dia miliki pada saat itu berjumlah 5.000 ekor dan menjadi sumber utama kehidupannya. Bisnis beternak ayam tersebut telah Kholid jalankan selama empat tahun. Akan tetapi, virus flu burung menjadi penyebab utama kebangkrutan tersebut.
Biji kakao yang dipanen dari kebun tersebut laku dijual seharga Rp 9.000/ kg. Akan tetapi, penjualannya harus keluar kota yaitu di Sumberpucung, Malang pada seorang tengkulak. Dari situ, dia berpikir jika kakao yang belum begitu dirawat dengan benar saja mampu dijual dengan harga segitu, bagaimana dengan yang dirawat secara sungguh-sungguh. Usaha yang begitu serius dimulai dengan magang di PTPN XII di Penataran, Nglegok, Blitar, Jawa Timur pada tahun 2005. Pada tahun itu juga, Kholid belajar di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di jember, Jawa Timur. Disanalah Kholid mendalami teknik budidaya kakao dengan benar.
Dengan keinginan yang besar setelah pulang dari Jember,
Kholid membuat bibit
kakao sebanyak 7.500 pohon yang nantinya diharapkan dapat
menjadi salah satu cara untuk mensosialisasikan kakao pada
masyarakat Blitar.
Akan tetapi, respons yang ada masih sangat rendah.
Sehingga bibit
kakao tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada petani.
Kakao tersebut ditanam pada area Perhutani melaui
Lembaga Masyarakat di Kawasan Hutan (LMDH).
Untuk mengikat kebersamaan antar petani,
maka dibentuklah kelompok tani Guyub
Santoso pada pertengahan tahun 2005.
Kelompok tani tersebut terdiri dari 21 anggota yang selanjutnya
pada akhir 2005 berkembang manjadi gabungan kelompok tani.
Melalui Gapoktan itu, Kholid mampu mengetahui jika
harga biji kakao kering yang ada di pergudangan Tanjung Perak, Surabaya.
Harga tersebut jauh lebih tinggi daripada harga yang ada di tengkulak,
yaitu Rp 16.000/kg. Hal itu membuat Kholid semakin optimis untuk
dapat menjadi pemasok biji kakao di pabrik olahan. Hingga pada akhirnya
di tahun 2007, Kholid mendapat kepercayaan untuk memasok biji kakao di
pabrik pengolahan coklat sebesar 3,2 ton per bulan.
Biji kakao tersebut dibeli oleh pabrik dengan harga Rp 16.000/kg.
Pemasokan ke pabrik olahan tersebut telah berkembang menjadi
300 ton per bulan.
Setelah berhasil menjadi pemasok biji kakao,
Kholid tidak puas kemudian memiliki ambisi
untuk mengolah biji kakao menjadi coklat sendiri.
Usahanya untuk dapat membuat coklat sendiri dilakukan
terlebih dahulu dengan mengunjungi pabrik coklat Monggo, Ceres,
dan SilverQueen.
Hingga pada akhirnya di tahun 2013 bekerja sama dengan ahli
coklat dari Blitar, Kholid memulai mengolah coklat send
iri. Usaha Kholid untuk mengolah coklat tersebut mendapat dukungan
yang baik dari pemerintah. Dimana pemerintah membantu memberikan
mesin pengolahan coklat. Produk hasil olahan tersebut diberi nama
GuSant dan sempat dijual di Bandara Surabaya, Solo serta Jogja.
Namun, penjualan coklat di Bandara tersebut belum
memuaskan sehingga ditarik kembali.
Dari kegagalannya tersebut, dia mengubah orientasi usahanya
dari produk menjadi wisata edukasi. Usahanya tersebut diberi nama
Kampung Coklat yang terletak di jalan Banteng Blorok 18, Desa Plosorejo,
Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Wisata edukasi
yang berdiri sejak 17 Agustus 2014 ini memiliki harapan untuk mampu
memberikan pengetahuan tentang budidaya tanaman kakao hingga pengolahan coklat.
Perjuangan Kholid tidak sia-sia, saat ini Kampung Coklat menjadi s
alah satu destinasiwisata unggulan di Kabupaten Blitar. Setiap harinya pengunjung Kampung Coklat mencapai 1000 orang, baik untuk berwisata edukasi maupun menikmati olahan coklat. Kerja keras, pantang m
enyerah dan ulet menjadi kunci keberhasilan Kholid. Baginya kerja keras ini belumlah seberapa. Masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan mimpinya,
yaitu menjadikan Indonesia sebagai kiblat coklat dunia.
Kampung Coklat saat ini berada di bawah lembaga KSU Guyub Santoso, CV Guyub Santoso dan UD Guyub Santoso. Semua lembaga hukum tersebut berperan sebagai penggerak pemasaran biji kakai di pasaran tingkat regional, nasional hingga ekspor.
Prinsip yang diembannya adalah sukses petani, sukses gapoktan, masyarakat sejahtera. Dalam menjalankan usaha Kampung Coklat, Kholid menanamkan kultur perusahaan Kampung Coklat adalah wisata edukatif yang mengedepankan kemanfaatan pada masyarakat. Jaringan yang dimilikinya terdapat sebanyak 48 Kelompok Tani Kakao se-Kabupaten Blitar – Gapoktan Kakao se-Jawa Timur.
#Anis lutfiati
#foto2 milk pribadi