Jumat, 23 Januari 2009

*PERJALANAN BERINTERNET SAMPAI BERHASIL MEMBUAT "blog yang layak"

 
Pada awal perkenalanku dengan internet dan membuat alamat email, terus terang masih harus dibantu dan disupport suami (yang pasti dan jelas sih.. pertama dibuatkan olehnya, he..he.. maksih yang..). Pertama kali chating sama sahabat (bapak-2), komentarnya "kenapa semua wanita kok begitu ya?", maksudnya gaptek gitu lho.. sedikit tersinggung dan tertantang sih.. thanks sahabat atas supportnya). Karena chating pertamaku, mengenai keluhan dalam membuat web, rumit dan sempat membuat pusing. Yang kutahu selama ini tentang komputer, sebatas MS word dan analisa data di excel (modal ngajar statistik) .
Belajar berikutnya membuat sign in di facebook sama tetangga yang sudah seperti keluarga (ma'lum rumah kita nempel satu tembok, belakang-belakangan). Belajar pertama beliaunya (mb tya) aku undang ke rumah, sampai malam, walau kurang sukses, tetapi tetep.. makasih mbak tya atas kesabaran dan supportnya.  
Belajar kedua, aku yang datang ke rumahnya, layaknya mahasiswi mau konsul ama dosennya (he..he..), bawa laptop, card reader, flash disk (walau ketinggalan, dan minta bibik nganterin, makasih bik..). Wah.. ternyata wireless-ku masih bisa connect dg laptopku. Kali ini sign in di facebooknya sukses 100%, dan langsung praktek chating sama mb tya.  Pelajaran berikutnya, upload foto yang programnya sudah pasti.. ngopy dari.. mb tya lagi.  Alhamdulillah walau lelet pakai wairless-limitted-ku tapi sukses juga.. 
Kemudian teman chating datang satu persatu, pertama tetangga sekitar dan beberapa sahabat.  Lalu mulai bermunculan teman-teman lama waktu kuliah. Ternyata facebook membuat kita banyak bisa bersilaturrahim sama orang. Tapi pesan suami "awas kecanduan chating ntar..", tetapi paling tidak bisa buat mengusir kebosanan kalau menunggu dia pulang kantor sampai larut malam kan?. 
Suatu malam mb tya telepon, "Ibu dimana? boleh ngg aku bereksperimen?", eksperimennya ternyata tentang keberadaan wireless yang di rumah, suruh cabut sebentar. Ada apa nih?, ternyata sudah beberapa hari (dan bulan mungkin) terakhir, tv kabelnya bermasalah, dan sudah lima kali memanggil teknisi ke rumahnya.  Menurut teknisinya keberadaan wireless di sekitar, berpengaruh pada penerimaan channel tv kabel (alias mengganggu), apa  benar ya?. Aku coba cabut wireless-ku, aku kontak mb tya, benar.. tv-nya ngg ada gangguan. Waduh.. gimana nih.., pikirku, jangan sampai keberadaan wireless membuat tetangga tidak nyaman.  
Aku coba ganti posisi wirelessku dan aku kontak lagi mb tya, sudah ngg ada masalah tv kabelnya (semoga memang benar ya mb.., bukan karena tidak enak sama kita, he..he...). Mungkin pikir mb tya, kesian b fatah, udah lelet internetnya, mengganggu tetangga.. pula, he..he.. Ma'afkan atas ketidaktahuan dan gangguan yang kita buat ya mb tya.. Tapi ada komentar dr sahabat fesbuk, "Tuh teknisi nggak mau ngakuin kalau produknya bermasalah, malahan menimpakan kesalahan pada orang lain". Dan memang bener kata temen suami, dulu pernah juga ada kejadian seperti itu di rumahnya, penyebabnya ada kebocoran di salah satu sistem penerimaan tv kabelnya.  Tapi walau begitu masih alhamdulillah juga, persoalan dapat terselesaikan.
Aku tingkatkan pengetahuan ber-internetku dengan membuat blog ini.  Aku mulai bereksperimen, dengan empat literatur (dua buku dan dua cd program, pemberian suami, makasih yang..), aku berusaha mewujudkan impian untuk punya blog.  Walau masih sederhana (dibanding blog-blog lain yang keren-keren) dan perlu penyempurnaan, aku sudah cukup puas dengan hasilnya, tinggal pemeliharaannya saja. Semoga semua bisa mengambil manfaat dengan adanya blog ini. Karena menurutku "Pikiran seseorang bekerja seperti air, agar tetap jernih, perlu terus mengalir".

Kamis, 22 Januari 2009

*JANGAN TERGANTUNG TERUS PADA ORANG LAIN YASMIN..

 













"Hari pertama, aku lepas kakak belajar naik motor sendiri" (20 Januari 2009)"

"Alhamdulillah, kakak sudah bisa naik motor sendiri", aq sms ayahnya dengan mata berkaca-kaca, sambil mengamati anak pertamaku pelan namun pasti mengendarai motornya, tak lama ada sms masuk,  "Alhamdulillah" balas ayahnya.  
Sudah sekian hari, sejak motor tukar tambahnya dateng, si kakak mulai rajin belajar naik sepeda motor. Dan hari ini alhamhulillah kakak sudah bisa dilepas naik motor sendiri, walau masih belum lancar betul. Dan "wajib" mencari tempat yang sepi dan jalan yang mulus. Perlu dorongan yang kuat agar kakak mau belajar membawa kendaraan sendiri, mengingat pernah ada kejadian terjatuhnya dia dengan sepedanya, karena diserempet sama pengendara motor waktu mau menyeberang di depan toko Mirama dekat rumah. Karena sejak itu sepedahnya nyaris tak pernah disentuhnya, trauma..
Kakak mendekat sambil mengerem motornya, "jangan lupa nyalakan lampu sign, kalau berhenti" celetukku, "ya bu.." sahutnya.  "Ternyata enteng banget bu, lain kalau naik berdua sama ibu, lebih berat", katanya. Aq tersenyum, ya pastilah... ibu ukurannya dah XL he..he... "Belum lagi kalau adik ikut berpartisipasi bonceng di blkg ibu" sahutku.  Ma'lum si adik suka banget kalau kita bertiga naik motor bersamaan, sering bahkan kita ngumpet-ngumpet berangkatnya, agar tidak ketahuan adik. Atau bahkan si kakak mengalah, aq dahulukan adik satu kali putaran di taman deket rmh, agar adik lbh legowo dan tenang ngg diajak latihan motor. Kalau belum belum legowo ya terpaksa bertiga naik motornya, dengan kakak di depan dan adik di belakangku. 
Setelah beberapa kali putaran, " sudah ya bu, aq sudah capek.."


"Hari kedua, aq lepas kakak belajar naik motor sendiri" (21 Januari 2009)"

Dari kejauhan aku  perhatikan anakku, ada sedikit kekuatiran menyeruak, ketika dari arah berlawanan ada mobil melaju agak kencang, jantungku berdegup kencang sambil memperhatikan dan berdo'a, semoga kakak bisa mengatasinya. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa, kakak mengendarai motor di pinggir mepet trotoar.
Kakak mendekat sambil mengerem motornya, "Bu.. aq tadi takut banget dan gugup waktu ada mobil itu" kata kakak, aku pegang tangannya dingin dan gemetar. "Ngg apa-2, belajar tenang dan jalan dipinggir aja, tuk sementara kalau takut nyalakan lampu sign, minggir ke kiri, kasih tanda kalau kakak mau berhenti di kiri. Toh nanti kalau kakak di jalan banyak kendaraan yang melintas", sahutku mencoba menenangkan kakak.  
Setelah beberapa kali putaran, kakak berhenti sambil tertawa sambi berkata, "Aku sudah puas belajar motor hari ini, sudah tambah lancar bu.., ayo kita pulang".  Alhamdulillah terimakasih ya Alloh.. sudah Engkau kabulkan keinginanku, agar anakku tidak tergantung selalu dengan orang lain, walau baru sebatas bisa mengendarai motor sendiri.